Bunuh diri remaja bisa mengancam emas Indonesia pada tahun 2045

Bunuh diri remaja bisa mengancam emas Indonesia pada tahun 2045

Topautopay.com – Bunuh diri remaja menjadi ancaman serius bagi masa depan Indonesia. Pada tahun 2045, generasi emas Indonesia berisiko hilang akibat tekanan mental yang mengintai mereka. Diperlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk melindungi generasi muda agar dapat tumbuh dan berkontribusi secara positif untuk kemajuan bangsa.

KASUS bunuh diri di kalangan remaja harus menjadi perhatian serius jika kita ingin melihat Indonesia Emas di tahun 2045. Sebab kasus bunuh diri di Indonesia ibarat gunung es. Kaum muda memilih bunuh diri sebagai versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Akhir-akhir ini juga marak pemberitaan mengenai mahasiswa yang melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari gedung kampus, gantung diri, dan melukai diri sendiri hingga kehilangan nyawa.

Bacaan Lainnya

Direktur Pusat Kesehatan Mental Nasional, Dr. Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ mengatakan, saat ini sebagian besar orang berusia 20-an memilih bunuh diri sebagai bentuk terbaik.

“Data gangguan jiwa di Indonesia terbanyak sejak tahun 2000 hingga 2019 adalah kecemasan, depresi, dan skizofrenia,” kata Noriyu, sapaan akrab Nova Riyanti Yusuf, dalam pidato edukasi dengan topik Menjaga Kesehatan Mental, Mewujudkan Generasi Tangguh yang diselenggarakan di Gedung Dr. Rumah Sakit Mahdi Duševna (RSJMM) Bogor yang digelar RSJMM bersama Cempaka, Senin (30/10).

Kesehatan mental menduduki peringkat ke-16 penyakit yang paling sering diderita masyarakat Indonesia. “Dan saya yakin akan bertambah karena tidak ada update selama pandemi dan setelah pandemi,” ujarnya.

Untuk mencegah hal tersebut, PKJN membuat peta jalan pencegahan bunuh diri. Noriyu mengatakan, fenomena bunuh diri terjadi di banyak daerah. Sayangnya, belum ada data resmi Kementerian Kesehatan mengenai jumlah penduduk Indonesia yang melakukan bunuh diri. “Ada informasi dari polisi,” ujarnya

Polri mencatat 451 kasus bunuh diri sejak awal tahun 2023. Setidaknya ada tiga orang yang melakukan bunuh diri setiap harinya di Indonesia. Meski data kepolisian menunjukkan pelaku bunuh diri berbeda-beda usianya, namun tak bisa dipungkiri banyak kasus bunuh diri di usia muda.

Noriyu, yang baru saja kembali dari Gorontal untuk bekerja dengan pemerintah provinsi setempat dalam bidang perawatan kesehatan mental, mengatakan bahwa angka bunuh diri sedang meningkat di sana. “Di sana ada wabah bunuh diri. Itu laporan dari Gorontal, makanya kita ke sana untuk melihat lebih dekat. Kebanyakan anak muda,” ujarnya.

Ia menambahkan, berdasarkan wilayah, wilayah Jawa Tengah memiliki kasus bunuh diri terbanyak, tepatnya 380 orang, disusul Jawa Timur 148 orang, Bali 135 orang, dan DIY 48 orang.

PKJN akan membuat peta jalan terkait pencegahan bunuh diri, serta memetakan dan memasukkan kembali data kasus bunuh diri di wilayah perawatan PKJN RSJMM.

“Pencegahan bunuh diri bisa dilakukan dengan menjauhkan benda atau alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Kalau dirawat di rumah sakit harus di tempat yang aman. Dan lakukan deteksi dini untuk mencegah bunuh diri,” sarannya.

Selain itu, PKJN RSJMM mengaktifkan D’Patens 24 sebagai pusat konseling 24 jam melalui telepon atau WhatsApp.

Usman, mahasiswa yang mewakili Generasi Z, mengatakan internet dan media sosial menjadi menu keseharian mereka. Oleh karena itu, Generasi Z menemukan banyak informasi, namun tidak semuanya berguna,

Pada kesempatan yang sama Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, prof. Nizam, sangat prihatin dengan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pelajar dan anak usia sekolah.

Menurutnya, generasi Z merupakan generasi produktif dan memiliki segudang keunggulan. Namun, ada juga yang terjebak di dunia maya.
“Dunia maya itu menakutkan, di media sosial. Saya pernah baca, remaja rata-rata menghabiskan waktu 8 jam di media sosial. Mengerikan, itu bisa dicegah,” ujarnya.

Ia juga mendukung keberadaan pusat konseling di perguruan tinggi untuk mencegah bunuh diri di kalangan mahasiswa. Adanya pusat konseling ini dapat membantu siswa yang sedang menghadapi permasalahan untuk mendapatkan pertolongan.

Di media sosial, remaja yang mentalnya tidak kuat bisa menjadi cemas dan depresi. Untuk itu perlu diciptakan kampus yang sehat, aman dan nyaman.

Pembicara kedua, Prof. Wening Udasmoro, Deputi Bidang Pendidikan dan Pengajaran Universitas Gadjah Mada, menyatakan sejak merebaknya kasus bunuh diri mahasiswa UGM, pihaknya segera melakukan tindakan preventif.

Pencegahan bunuh diri harus dicegah dengan tindakan bersama. Belakangan ini di Yogyakarta dan Semarang ada 4 kasus bunuh diri per hari. Dalam situasi ini, negara harus turun tangan, ujarnya.

Baca juga: Eirene Ericha Sulu: Cegah Depresi Lewat Platform Confide

Menurutnya, penyebab bunuh diri adalah pelajar antara lain tekanan keluarga, kasus kekerasan dalam rumah tangga dalam keluarga, perlakuan kekerasan oleh anggota keluarga, permasalahan ekonomi, dosen yang kasar, bahkan hubungan yang beracun dengan pacar.

“Pentingnya meringankan kesehatan jiwa mahasiswa dan mewujudkan kampus yang sehat, aman, dan ramah lingkungan, berbudaya dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.

Rektor Universitas Tarumanegara Prof Dr Agustinus Purna Irawan juga mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan pedoman konseling yang melibatkan psikolog dan psikiater.

“Teman dekat atau orang sekitar, UKM bisa membantu memantau teman-teman yang punya masalah. Jangan dibiarkan begitu saja,” pesannya.

Para pembicara sepakat bahwa diperlukan sebuah platform nasional atau platform tunggal untuk menangani kesehatan mental, karena Indonesia akan menikmati bonus demografi, namun hal ini dapat terhambat oleh kasus bunuh diri di kalangan kelompok usia produktif. (N-1)

Bunuh diri remaja merupakan ancaman serius bagi masa depan emas Indonesia 2045. Keberlanjutan pembangunan dan perkembangan generasi penerus tergantung pada kesejahteraan dan kesehatan mental mereka. Oleh karena itu, upaya pencegahan bunuh diri remaja perlu ditingkatkan agar Indonesia dapat meraih emas sebagai bangsa yang kuat dan berkelanjutan.

Source

Pos terkait